Sabtu, 30 April 2011

Perlukah Suplementasi AA/DHA dalam Susu Formula?

Semakin banyak iklan susu formula di mana-mana: TV, majalah, surat khabar mendorongku membuat kajian, perlukah suplementasi AA/DHA dalam susu formula. Tujuan tulisan ini adalah menekankan tidak ada yang mampu menggantikan SUSU IBU dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.

Susu formula dibuat dengan berusaha meniru semirip mungkin kandungan yang ada dalam SUSU IBU , untuk memenuhi segala KEPERLUAN nutrisi bayi: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Sebagian besar formula ini diambil dari susu sapi, yang dinilai kandungannya hampir menyerupai air susu manusia, dan mampu memenuhi keperluan gizi bayi. Sebahagian kecil adalah susu kedelai.

Ada satu kandungan dalam SUSU IBU yang tidak terdapat dalam susu formula kebanyakan, aitu AA/DHA. Berbagai penelitian menunjukkan bayi yang mendapatkan SUSU BAYI sampai usia satu tahun memiliki perkembangan otak lebih baik dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan SUSU BAYI. Kandungan yang menentukan ini adalah asam arakidonat (arachidonic acid/AA) dan asam dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid/DHA), suatu asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang (long chain polyunsaturated fatty acids/PUFA), yang merupakan batu bata utama pembangun jaringan saraf di retina (saraf mata) dan otak. Mengetahui hal ini, para peneliti biokimia berlumba-lumba memasukkan AA dan DHA dalam kandungan susu formula, dan melihat dampaknya apakah menyerupai kelebihan bayi yang mendapatkan SUSU BAYI.

Sebuah tulisan dalam jurnal Nutrition Noteworthy tahun 2002 yang berjudul: “Finding the Magic Formula: Should Polyunsaturated Fatty Acids be Used to Supplement Infant Formula” yang ditulis Mailan Cao menjelaskan tiga perkara utama yang menjadi penunjuk utama outcome (keluaran) suplementasi AA/DHA ini, mengingat tidak semua hal yang terbukti di makmal (in vitro) atau haiwan percubaan, tidak sama kesannya ketika diterapkan pada manusia.

1. Suplementasi AA/DHA dan kadarnya dalam asam lemak plasma (darah)

Setelah dibuktikan selamat untuk dikonsumsi tubuh manusia, peneliti ingin membutikan apakah suplementasi AA/DHA dapat diserap tubuh sama halnya kandungan dalam SUSU IBU, melihat bukti kadar AA/DHA dalam tubuh bayi yang mendapatkan susu formula tanpa suplementasi AA/DHA lebih rendah dibandingkan dengan yang mendapatkan SUSU IBU.

Ternyata terbukti, suplementasi AA/DHA meningkatkan kadarnya dalam plasma darah, membran sel darah merah (eritrosit), dan jaringan korteks otak, dalam jumlah menyerupai yang mendapatkan ASI. ARTINYA: suplementasi AA/DHA mampu diserap tubuh dengan baik. NAMUN ini sama sekali tidak menunjukkan dalam perkembangan saraf otak dan ketajaman penglihatan.

2. Suplementasi AA/DHA dan Pengaruhnya dalam (Fungsi) Ketajaman Penglihatan

Sebuah penelitian ‘meta-analisis’ menunjukkan adanya peningkatan fungsi penglihatan pada bayi yang mendapatkan susu formula dengan suplementasi AA/DHA dibandingkan yang mendapatkan susu formula biasa, dengan melihat indikator perilaku dan elektrofisiologi mata pada bayi berumur 2 dan 4 bulan. Beberapa penelitian terdahulu tidak menunjukkan adanya perbedaan.

3. Suplementasi AA/DHA dan Perkembangan Kecerdasan/Perilaku

Inilah KUNCI dari impian semua peneliti mengenai suplementasi AA/DHA: mampukah menyamai dalam meningkatkan kecerdasan bayi, layaknya bayi yang mendapatkan SUSU IBU? Ternyata dari berbagai penelitian: belum terbukti. Bayi yang mendapatkan SUSU IBU eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya, dan diteruskan sampai usia 1 tahun, memiliki kecerdasan lebih daripada yang mendapatkan susu formula dengan AA/DHA sekalipun.

Beberapa kendala juga menghadang model penelitian ini. Antara lain jenis uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan adalah: Bayley Mental Development Index (MDI) dan the Psychomotor Developmental Index (PDI). Berbagai penelitian menunjukkan hasil berbeza-beza, ada yang menggambarkan hasil signifikan pemberian suplementasi AA/DHA, dan sebagian lain tidak ada bedanya. Belum lagi pengaruh sosioekonomi responden yang mempengaruhi uji statistik. Kadar AA, DHA, dan asam lemak lain semacam ALA dan LA juga bervariasi antar penelitian. Sampai perbedaan genetik dan lingkungan di berbagai belahan dunia tempat penelitian dilakukan (Amerika Utara, Australia, dan Eropa). Juga terkadang jumlah sampel terlalu sedikit, umur bayi yang terlalu dini untuk dilakukan pengujian, dan jangka waktu penelitian yang seharusnya cukup panjang, sehingga dapat dilihat hingga usia remaja dan dewasa.

Pada akhirnya penelitian mengenai suplementasi AA/DHA masih terus dikembangkan, dan belum berakhir.


American Council on Science and Health memiliki pandangan ”the current data has not consistently shown that supplementation of formulas with DHA and AA has a lasting beneficial effect on infant development” juga hal lain seperti keselamatan menambahkan asam lemak dalam susu formula belum teruji.

Pada akhirnya keputusan berpulang pada tangan si pengguna. Apakah akan memberikan susu formula dengan suplementasi AA/DHA atau tidak. Yang penting adalah memberikan SUSU IBU Eksklusif selagi mampu. Sejak masa kehamilan, persiapkan diri sebaik mungkin dengan pengetahuan menyusui bayi secara optimal. Menjelang persalinan, jika Anda merancang melahirkan di Rumah Bersalin atau Rumah Sakit, bukan di rumah, mintalah bilik rawat gabung. Anda boleh bersama bayi Anda sejak lahir hingga saatnya pulang, tanpa dipisahkan sedikit pun dari sisi sang ibu.

Sokongan dari keluarga juga sangat penting. Tidak sedikit alasan ibu memberikan susu formula pada bayinya yang mendapatkan SUSU IBU dengan baik adalah: khawatir SUSU IBU tidak cukup. Pembahasan SUSU IBU sangat panjang, tidak dalam bahasan ini.

Kecerdasan bayi tidak hanya monopoli SUSU IBU dengan AA/DHA-nya saja. Tapi juga stimulasi eksternal, dari lingkungan, melalui rangsangan yang diberikan Papa-Mamanya, dengan percakapan verbal, pengenalan media visual, dan perhatian penuh orangtua terhadap perkembangan kecerdasan anak. Apalah artinya anak dengan asupan AA/DHA baik, tapi tidak pernah dirangsang kemampuan verbal dan visual oleh orangtuanya. Bisa jadi akan lebih buruk dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mendapatkan ASI atau susu formula, tetapi ibunya mampu memberikan perhatian penuh terhadap stimulasi kecerdasan buah hatinya.

alih

Tiada ulasan:

Catat Ulasan